#SIP_ Rancangan Proposal Alat Ukur Burn-out

RANCANGAN APLIKASI BURNOUT
A. Latar Belakang
1.  Pendahuluan

Burnout merupakan rasa letih mental dan fisik luar biasa yang tidak dapat dihilangkan hanya dengan tidur semalam. Profesi-profesi yang cenderung menyebabkan burnout antaranya profesi-profesi yang menuntut kecermatan sangat tinggi dan dampak dari kesalahan yang diperbuat bisa berakibat fatal. Profesi ini menuntut para pekerjanya, yang kebanyakan pria, harus bekerja dalam kondisi yang dengan kesalahan sekecil apa pun dapat berakibat pada kematian atau kecelakaan (Ide, 2008).
Perasaan tertekan menjadikan seseorang tidak rasional, cemas, tegang, tidak dapat memusatkan perhatian kepada pekerjaan dan gagal menikmati rasa gembira terhadap pekerjaan yang dilakukan sehingga tidak dapat berfungsi efektif (Wardhani, 2012; Smith, 1993). Tekanan pekerjaan dapat membuat individu mengalami burnout (Smith, 1993).
Bernadin (Rosyid, 1996) menggambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang mencerminkan reaksi emosional yang sering dijumpai pada orang yang bekerja pada bidang pelayanan kemanusiaan seperti perawat, guru, pekerja sosial, dan polisi. Kleiber dan Ensman (Sari, 2015) menemukan bahwa burnout di Eropa menunjukkan 43% dialami oleh perawat, 32% dialami oleh guru, 4% pekerja di bidang hukum dan kepolisian, dan 2% dialami pekerja lainnya.
Alasan  di atas  menjadi  dasar  untuk merancang alat ukur psikologi yaitu burnout untuk mengetahui apakah seseorang mengalami burnout atau tidak.

2. Teori Burnout
a. Pengertian Burnout
Menurut Pines dan Aronson (dalam Schabracq dkk, 2003) menyajikan definisi tentang burnout. Pines dan Aronson berpendapat menggambarkan burnout sebagai keadaan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang emosional. Kelelahan fisik ditandai dengan energi rendah, kelelahan kronis, lemah dan berbagi keluhan fisik dan psikosomatik. Kelelahan emosional melibatkan perasaan tidak berdaya, putus asa dan terjebak dalam situasi yang tidak baik. Akhirnya, kelelahan menal mengacu pada pengembangan sikap negatif terhadapa diri sendiri, pekerjaan dan kehidupan itu sendiri.
Menurut King (2010) menjelaskan bahwa stress, kelelahan emosional, dan motivasi yang rendah untuk bekerja bisa disebabkan oleh karena tekanan psikologis yang sangat ekstrim dan kronis yang disebut burnout. Sedangkan menurut Spector (1996) menyatakan bahwa burnout adalah keadaan tekanan psikologis seorang karyawan setelah berada dipekerjaan itu untuk jangka waktu tertentu. Seorang yang menderita burnout secara emosional kelelahan dan memiliki motivasi kerja yang rendah.
Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa burnout adalah keadaan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang emosional dan yang mengalami burnout akan kehilangan motivasi, putus asa dan depresi.

Menurut Maslach, Schaufeli dan Leiter (2001) mengungkapkan bahwa dimensi burnout dapat dikategorikan kedalam tiga dimensi, yaitu:
1)  Emotinal Exhaustion (kelelahan emosi)
Merupakan dimensi burnout yang ditandai dengan perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik (sakit kepala, flu, insomnia, dan lain-lain), mental (merasa tidak bahagia, tidak berharga, rasa gagal, dan lain-lain), dan emosional (bosan, sedih, tertekan, dan lain-lain). Ketika mengalami terkuras habis dan ada perasaan “kosong” yang tidak dapat diatasi lagi.
2)  Cynicism / depersonalisasi
Proses penyeimbang antara tuntunan pekerjaan dengan kemampuan individu. Hal ini bisa berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari perasaan kecewa, karena penderitanya menganggap bahwa dengan berperilaku seperti itu, makan mereka akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.
3)  Reduced Personal Accomplisment (rendahnya hasrat pencapaian prestasi diri)
Biasanya ditandai dengan adanya perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan bahkan terhadap kehidupan. Selain itu, mereka juga merasa belum melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidupnya, sehingga pada akhirnya memicu timbulnya penilaian rendah terhadap kompetensi diri dan pencapaian keberhasilan diri. Perasaan tidak berdaya, tidak lagi mampu melakukan tugas dan menganggap tugas-tugas yang dibebankan terlalu berlebihan sehingga tidak sanggup lagi menerima tugas yang baru muncul. Mereka merasa bahwa dunia luar dirinya menentang upaya untuk melakukan perbaikan dan kemajuan sehingga kondisi tersebut akhirnya membuat mereka merasa kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri dan juga kehilangan kepercayaan dari orang lain akibat perilakunya.
Ada tiga dampak burnout menurut  Maslach dan Leiter (1997) yaitu: burnout is lost energy, burnout is lost enthusiasm, burnout is lost confidence.
1)     Burnout is Lost Energy
Pekerja yang mengalami burnout akan merasa stress, overwhelmed dan exhausted. Pekerja juga akan sulit untuk tidur, menjaga jarak dengan lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja performa dari pekerja. Produktivitas dalam bekerja juga semakin menurun.
2)     Burnout is Lost Enthusiasm
Keinginan dalam bekerja semakin menurun, semua hal yang berhubungan dengan pekerjaan menjadi tidak menyenangkan. Kreatofotas, ketertarikan terhadap pekerjaan semakin berkurang sehingga hasil yang diberikan sangat minim.
3)     Burnout is Lost Confidence
Tanpa adanya energi dan keterlibatan aktif pada pekerjaan akan membuat pekerja tidak maksimal dalam bekerja. Pekerja semakin tidak efektif dalam bekerja yang semakin lama membuat pekerja itu sendiri merasa ragu dengan kemampuannya. Hal ini akan memberikan dampak bagi pekerjaan itu sendiri.

3. Jenis Aplikasi
Alat ukur burnout dirancang dengan program berbasis web. Program berbasis web dipilih karena lebih mudah untuk diakses dari jarak jauh melalui browser tanpa melakukan installasi software website seperti, HTML (Hypertext Markup Language), PHP (Hypertext Preprocessor), CSS (Cascading Style Sheet), ASP (Active Server Pages), XML (Extensible Markup Language), JavaScript, dan lain-lain., tingkat keamanan data dan file rentan untuk disabotase para cracker, dan mudah dikembangkan. Program ini digunakan secara online karena menggunakan akses internet untuk membuka web yang akan digunakan.

B. Flowchart






C.  Desain Interface






Daftar Pustaka
Ide, P. (2008). Gaya hidup penghambat alzheimer. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

King, A. L. (2010). Psikologi umum. Jakarta: Salemba Humanika.
Maslach, C., & Leiter, M. P (1997). The truth about burnout. San Francisco: Josssey-Bass Publishers.

Maslach, C., Schaufeli, W.B., & Leiter, M. P. (2001). Job burnout. Annual Review of Psychology, 52 (2), 397-422.

Rosyid, H.F. (1996). Burnout: Penghambat produktifitas yang perlu dicermati. Buletin Psikologi, (1), 19-25.

Schabracq, M. J., Winnubst, J. A. M., & Cooper, C. L. (2003).  The handbook of work and health psychology. Chichester: British library cataloguing in publication data.

Smith, J.C. (1993). Understanding stress and coping. New York: MacMillan Publishing Company.
Spector, P. E. (1996). Industrial and organizational psychology: research and practice. USA: SAGE publications.

Wardhani, D.T. (2012). Burnout di kalangan guru pendidikan luar biasa di kota Bandung. Jurnal Psikologi Undip, 11 (1), 73-82.

Komentar